Hipotensi Beda dengan Hipertensi, Ini Penjelasannya

Klikdokter.com, Jakarta Tekanan darah atau tensi adalah salah satu tanda vital yang harus rutin dipantau. Ada dua jenis gangguan tekanan darah yang dikenal, yaitu hipertensi dan hipotensi. Sejauh mana Anda tahu perbedaan antara keduanya?
Dibandingkan dengan hipotensi, Anda tentu lebih sering mendengar istilah hipertensi. Biar tak salah, kalau hipertensi adalah tekanan darah tinggi, hipotensi adalah kebalikannya, yaitu tekanan darah rendah.
Baik hipertensi maupun hipotensi, keduanya dapat diketahui lewat pemeriksaan tekanan darah. Ada hasil nilai pengukuran tertentu yang mengindikasikan seseorang dikatakan punya tekanan darah rendah atau tekanan darah tinggi.
Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi adalah kekuatan aliran darah yang keluar terhadap dinding pembuluh darah. Tinggi atau rendahnya tekanan darah seseorang bergantung dari resistensi pembuluh darah dan seberapa kuat jantung memompa darah.
Artikel lainnya: Benarkah Obat Hipertensi Sebabkan Ejakulasi Dini?
Menurut panduan yang dikeluarkan oleh American College of Cardiology/American Heart Association pada tahun 2017, disebutkan bahwa hipertensi berarti tekanan darah sistol >130 mmHg atau diastol >80 mmHg.
Sementara itu, hipotensi adalah kondisi adanya penurunan tekanan darah seseorang di bawah normal. Beberapa sumber menyebutkan, hipotensi adalah kondisi medis Ketika tekanan darah sistol
Perbedaan Gejala Hipertensi dan Hipotensi

Hipertensi dan hipotensi sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun, terlebih bila seseorang sudah mengalaminya dalam jangka waktu lama.
Meskipun demikian, pada kasus hipertensi, penderitanya dapat mengalami gejala berikut:
Artikel lainnya: Kenali Beragam Gejala Hipotensi atau Tekanan Darah Rendah
- Nyeri kepala hebat.
- Lelah.
- Pandangan kabur.
- Nyeri dada.
- Sesak napas.
- Jantung berdebar.
Sementara itu, berbagai gejala yang bisa dialami oleh penderita hipotensi adalah:
- Pusing berputar.
- Kepala terasa ringan.
- Pingsan.
- Mual.
- Muntah.
- Terus-terusan merasa haus.
- Kurang konsentrasi.
- Kulit terasa dingin dan kulit pucat.
- Pandangan kabur.
- Mudah lelah.
- Lemas dan tidak bersemangat.
Artikel lainnya: Bukan Anemia, Ini Fakta Mengenai Tekanan Darah Rendah
Gejala-gejala yang disebutkan di atas tadi bisa berbeda-beda pada setiap orang. Tingkat keparahan gejala bisa mulai dari rasa tidak nyaman saja, hingga bisa sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyebab Hipertensi dan Hipotensi

Untuk hipertensi, ada dua penyebabnya, yaitu primer dan sekunder. Penyebab primer disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan penyebab sekunder bisa diakibatkan oleh adanya gangguan pada ginjal, pembuluh darah, dan sistem endokrin.
Pada 90-95 persen kasus, hipertensi disebabkan oleh penyebab primer, sedangkan 2-10 persen diakibatkan oleh penyebab sekunder.
Selain itu, hipertensi juga bisa timbul akibat konsumsi obat-obatan tertentu seperti kokain, siklosporin, alkohol, nikotin hingga obat-obatan herbal.
Artikel lainnya: Mengungkap Hubungan Tekanan Darah Tinggi dan Sakit Gigi
Bedanya dengan hipotensi, tekanan darah seseorang bisa drop pada suatu waktu karena berbagai kondisi dan tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, pada kondisi tertentu bisa menyebabkan hipotensi dalam jangka waktu yang lama, dan tentunya bisa berbahaya bila ditangani pada kondisi di bawah ini:
- Kehamilan.
- Perdarahan hebat.
- Gangguan sirkulasi seperti pada serangan jantung dan penyakit katup jantung.
- Syok yang sering disertai dehidrasi.
- Syok anafilaktik (reaksi alergi hebat).
- Infeksi pada darah.
- Gangguan endokrin seperti diabetes, insufisiensi adrenal, dan penyakit tiroid.
Beberapa jenis obat-obatan juga bisa menurunkan tekanan darah, seperti beta blocker dan nitrogliserin yang sering diberikan pada pasien penyakit jantung. Obat diuretik, antidepresan, dan obat disfungsi ereksi juga dapat menyebabkan hipotensi.
Artikel lainnya: 9 Makanan yang Bisa Menurunkan Tekanan Darah
Meski begitu, pada sebagian orang, tekanan darah yang rendah sering tidak diketahui penyebabnya. Kondisi ini disebut sebagai hipotensi asimtomatis kronis.
Lantas, bagaimana cara mencegah dan mengatasi hipertensi dan hipotensi?
Penanganannya bergantung pada penyebabnya. Pada tekanan darah tinggi, selain pemberian obat-obatan antihipertensi, American Heart Association menganjurkan penderitanya untuk melakukan pembatasan konsumsi garam maksimal 1.500 mg per hari.
Pengurangan konsumsi garam tersebut dapat menurunkan tekanan darah hingga 2-8 mmHg.
Sementara itu, bagi penderita hipotensi, juga perlu diketahui penyebab yang mendasarinya serta menghindari faktor pencetusnya.
Bila mengonsumsi obat-obatan tertentu yang bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah rendah, sebaiknya ikuti anjuran dokter dan jangan menentukan dosis obat sendiri.
Meski keduanya sama-sama merupakan gangguan pada tekanan darah, mengenali perbedaan antara hipertensi dan hipotensi bisa jadi awal langkah pencegahan yang baik. Jangan lupa juga untuk cek tekanan darah secara berkala. Untuk konsultasi seputar dua kondisi ini, klik fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter, ya!
(RN/RPA)
0 KOMENTAR
Tulis Komentar Anda
Masuk KlikDokter untuk
meninggalkan komentar