Pengertian
Absence seizure (kejang absans) merupakan jenis kejang dengan gejala berupa bengong selama beberapa detik saat kejang terjadi. Jenis kejang ini disebut juga dengan istilah kejang petit mal.
Absence seizure paling sering dijumpai pada anak-anak, terutama pada usia 4–14 tahun. Umumnya kejang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Meski demikian, dapat berulang berkali-kali dalam sehari.
Terdapat kasus di mana penderita mengalami kejang ini hingga sepuluh kali dalam sehari, ada pula yang mengalaminya hingga ratusan kali dalam sehari.
Sayangnya, karena gejalanya hanya berupa bengong, kondisi absence seizure sering terlambat disadari.
Kejang tipe absans merupakan bagian dari penyakit epilepsi. Oleh karena itu, pengamatan dan pengobatan absence seizure sangat penting.
Artikel Lainnya: Anak Sering Bengong, Perlukah Khawatir?
Penyebab
Absence seizure disebabkan oleh adanya aktivitas listrik yang abnormal di otak. Penyebab abnormalitas aktivitas listrik masih belum diketahui dengan jelas. Mutasi genetik diduga juga menjadi salah satu penyebabnya, namun gen mana yang mengalami mutasi masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
Selain faktor genetik, beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang absans adalah:
- Kebiasaan minum alkohol
- Pengguna kokain
- Efek samping obat seperti antibiotik penisilin dosis tinggi, INH dosis tinggi, dan obat jenis neuroleptik
Gejala
Gejala utama absence seizure adalah bengong yang terjadi selama beberapa detik. Saat itu, penderitanya tidak bisa diajak bicara, tidak mendengar, dan tidak bisa bercakap-cakap dengan orang lain.
Terkadang selain bengong, gejala kejang tipe absans juga disertai dengan mulutnya mengecap-ngecap atau menggerak-gerakkan alis. Pada jenis kejang ini, segera setelah serangan kejang berakhir, penderita langsung bisa beraktivitas seperti biasa lagi.
Hal ini menyebabkan absans sering terlambat diketahui karena seperti tidak mengalami gangguan apa pun.
Artikel Lainnya: Benarkah Kopi Hitam Bisa Cegah Bayi Alami Kejang?
Diagnosis
Penyakit absence seizure sering terlambat untuk didiagnosis karena gejalanya yang tidak khas. Dokter menduga adanya penyakit ini bila anak terlihat mengalami episode bengong selama beberapa detik. Untuk memastikannya, perlu dilakukan pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) untuk melihat adanya abnormalitas aktivitas listrik di otak.
Selain itu, untuk memastikan bahwa kejang tipe absans disebabkan oleh epilepsi dan bukan disebabkan oleh penyakit lainnya, umumnya dilakukan pemeriksaan darah, CT-scan atau MRI otak, dan pemeriksaan cairan otak melalui pungsi lumbal perlu dilakukan.
Pengobatan
Terapi utama untuk mengatasi absence seizure adalah dengan mengonsumsi obat anti-epilepsi. Karena efek sampingnya yang cukup bervariasi, obat ini hanya boleh diberikan oleh dokter ahli saraf dengan pemantauan yang ketat. Penderita kejang tipe absans harus selalu kontrol dengan teratur ke dokter.
Ada banyak obat anti-epilepsi, namun yang paling efektif untuk mengatasi epilepsi tipe absans adalah ethosuximide dan asam valproat.
Hingga saat ini yang lebih mudah didapat di Indonesia adalah asam valproat. Obat tersebut harus diminum dalam waktu yang lama, umumnya diminum selama setidaknya dua tahun.
Lama mengonsumsi obat anti-epilepsi pada satu orang bisa berbeda dengan orang lain. Bila setelah mengonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu, kejang absans sudah tidak muncul lagi, maka dokter akan menurunkan dosis obatnya secara perlahan.
Namun bila kejang absans masih belum bisa dikendalikan dengan obat, maka sering kali dosis obat perlu ditambah, atau perlu dilakukan kombinasi dengan obat lain.
Penderita kejang absans bisa beraktivitas seperti biasa, Namun untuk beberapa aktivitas, misalnya berenang, perlu diawasi dengan ketat karena bila terjadi absans saat berenang, risiko tenggelam bisa terjadi meski kemungkinannya kecil.
Artikel Lainnya: Kenali Perbedaan Kondisi Tremor dan Kejang
Pencegahan
Jika seseorang sudah diketahui mengalami epilepsi tipe absence seizure, maka serangan kejang bisa dicegah dengan cara:
- Minum obat anti-epilepsi dengan teratur sesuai anjuran dokter
- Tidur cukup 6–8 jam sehari
- Mengelola stres dengan baik
- Mengonsumsi makanan yang tinggi serat
Kamu bisa berkonsultasi lebih mudah kepada dokter melalui layanan tanya dokter online atau dengan mengunduh aplikasi KlikDokter. Mari, #JagaSehatmu selalu!